“Dampak Covid 19 terhadap Kegiatan Belajar Mengajar: Solusi Pemecahannya”
Opini Dunia Pendidikan di Musim Pandemi COVID-19
Oleh: Wifrina, S.Pd.
Guru Bahasa Inggris SMAS Cendana Mandau
wifrina@gmail,com
Apa COVID-19 itu?
Dunia dipaksa mengenal COVID-19 pada November 2019 sejak pertama kalinya dilaporkan lebih dari 80.000 kasus ini pada akhir tahun 2019 dari Wuhan, sebuah kota di Provinsi Hubei, China. Tim pencari fakta China bekerjasama dengan badan kesehatan dunia WHO memperkirakan bahwa epidemi tersebut mencapai puncaknya antara akhir Januari dan awal Feruari 2020, dan tingkat kasus baru menurun pada awal Maret 2020. Namun demikian banyak kasus yang telah dilaporkan di semua benua, kecuali Antartika, dan telah meningkat di seluruh dunia.
Coronavirus disease 2019 (COVID-19) adalah sejenis penyakit menular yang disebabkan oleh coronavirus-2 sindrom pernafasan yang sangat akut (SARS-CoV-20). Gejala umum dari terjangkit penyakit ini adalah demam, merasa lelah, sesak nafas, dan kehilangan indera penciuman. Walau sebagian besar kasus ini menunjukkan gejala ringan, namun beberapa di antaranya meningkat menjadi pneumonia yang menular, kegagalan organ, atau badai sitokin. Waktu dari terpapar sampai ke gejala terserang biasanya lima hari, tetapi dapat juga bervariasi dari dua sampai dengan empat belas hari.
Adapun yang dimaksud sitokin adalah protein inflamasi imun yang berfungsi untuk menangkal infeksi dan menjinakkan sel kanker dalam tubuh. Namun, ketika sitokin di luar kontrol bisa menyebabkan penyakit. Kondisi ini dikenal sebagai badai sitokin atau cytokine storm. Badai Sitokin adalah terjadinya Sindrom Respons Inflamasi Sistemik yang dapat dipicu oleh berbagai faktor, dan salah satunya adalah infeksi oleh virus. Ketika seseorang yang sudah memiliki potensi sitokin rilis kemudian terinfeksi dengan virus penyebab COVID-19, maka sitokin rilis seolah-olah dipicu atau dibangunkan sehingga terjadilah pelepasan sitokin yang tidak terkendali atau badai sitokin. Badai sitokin menyebabkan cairan meresap ke kantung udara (alveoli), membanjiri pembuluh darah dan akhirnya menciptakan masalah sistemik di banyak organ, yang dapat mengakibatkan kerusakan pada seluruh organ.
Terhitung 1 Mei 2020, lebih dari 3, 27 juta kasus COVID-19 telah dilaporkan melintasi 187 negara dan wilayah, mengakibatkan lebih dari 233.000 kematian. Lebih dari 1,02 juta penderita terjangkit COVID-19 dilaporkan telah sembuh.
Dampak COVID-19
COVID-19 telah menjungkir balikkan dunia dengan dampaknya yang sangat luar biasa pada semua aspek kehidupan manusia, seperti bagaimana kita hidup dan berinteraksi satu dengan yang lainnya, bagaimana kita bekerja, bagaimana kita berpergian. Walaupun dunia memberlakukan lockdown system, pemerintah-pemerintah, para ahli epidemiologi, para kepala sekolah, para pengusaha dan keluarga-keluarga di dunia telah merencanakan langkah-langkah berikutnya: bagaiman untuk tetap menjalankan sekolah dan usaha dengan aman, bagaimana untuk tetap berpergian tanpa memindahkan atau menularkan infeksi, bagaimana untuk membantu pihak-pihak yang paling terdampak oleh krisis tersebut; jutaan manusia yang kehilangan mata pencahariannya atau orang-orang yang mereka sayangi, bagaimana untuk menjamin agar ketidakseimbangan yang telah terjadi ini tidak memburuk, dan sebagainya.
Dunia pendidikan adalah salah satu pihak yang terdampak oleh pandemi COVID-19. Pemerintah di seluruh dunia yang terpapar pandemi ini telah menutuo lembaga-lembaga pendidikan, mulai dari tingkat PAUD sampai ke tingkat pendidikan tinggi dalam usaha untuk menghentikan penyebaran COVID-19. Dengan demikian diharapkan usaha tersebut dapat meminimalisir resiko terjangkitnya para siswa, guru, dan tenaga kependidikan lainnya.
UNESCO melaporkan jumlah pembelajar yang terganggu kegiatan belajarnya sebagai berikut: pada pertengahan Februari 2020 tercatat 300 juta pembelajar yang terdampak oleh ditutupnya sekolah-sekolah dan universitas-universitas. Dua bulan kemudian, angka tersebut meningkat mendekati 1,6 milyar pelajar di 192 negara, mewakili 90% dari populasi pembelajar di seluruh bagian dunia. Data lain yang dilaporkan oleh UNSECO yaitu 140 juta pelajar berada di negara-negara yang melakukan penutupan sekolah. Hanya sedikit negara-negara yang tidak menutup sekolah-sekolah. Secara garis besar, penutupan negara-negara telah memberi dampak bagi kurang lebih 155 juta anak usia pendidikan dini, 691 juta siswa sekolah dasar, 537 juta siswa sekolah menengah, dan 191 juta mahasiswa perguruan tinggi.
Penelitian terkait Dampak Perpanjangan Penutupan Sekolah terhadap Penghentian Penularan COVID-19
Kiesha Prem, peneliti dari London School of Hygiene & Tropical Medicine, Inggris, memimpin penelitian tentang pengaruh perpanjang penutupan sekolah dan kantor demi social distancing mampu menunda wabah corona gelombang dua. Seperti dikutip Science Daily dalam CNN Indonesia (Maret 2020), di dapat kesimpulan bahwa langkah-langkah ekstrim untuk menjaga jarak sosial mampu mengurangi jumlah orang yang terinfeksi dan mengurangi puncak pandemi pada akhir tahun 2020. Salah satu profesor di Universitas College London Institute for Global Health menyebut studi ini sangat penting bagi para pengambil kebijakan untuk menentukan kapan kebijakan social distancing akan diberlakukan.
Kegiatan Belajar dan Mengajar di musim Pandemi COVID-19
Pandemi COVID-19 telah mengganggu kehidupan para siswa dalam berbagai hal, bukan hanya tergantung pada tingkatan dan jenis pendidikan mereka, tetapi juga pada tujuan yang mereka capai pada program pendidikan tersebut. Mereka yang telah sampai di akhir masa pendidikannya di tingkat pendidikan tertentu dan akan melanjutkannya ke jenjang pendidikan berikutnya, sebagai contoh yaitu mereka yang lulus SD dan akan melanjutkan ke SMP, mereka yang lulus SMP dan akan melanjutkan ke SMA, dan seterusnya, mengalami tantangan khusus. Mereka tidak dapat melengkapi pencapaian dan penilaian kurikulum dengan cara biasanya, bahkan di banyak kasus, mereka harus terpisahkan dari kelompok sosial mereka dalam waktu semalam.
Jakarta Post (Mei 2020) memaparkan bahwa lebih dari 68 juta siswa di Indonesia, dari tingkat pendidikan usia dini hingga pendidikan tinggi telah merasakan dampak dari penutupan sekolah karena pandemi ini. Di antara mereka adalah anak-anak yang marjinal yang tinggal di daerah pinggiran dan terpencil, anak-anak dengan kebutuhan khusus, anak-anak yang tidak memiliki akses teknologi, dan anak-anak yang menghadapi perubahan terus menerus dan terpaksa dibiarkan menghadapinya sendirian dalam menyelesaikan pendidikannya.
Sumber gambar: Jakarta Post, Mei 2020
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Nadiem Anwar Makarim memahami kebijakan penghentian aktivitas bersekolah yang diambil Pemerintah Daerah (Pemda) dalam mencegah penyebaran wabah Corona Virus Disease (Covid-19). Hal ini dilakukan setelah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) melakukan pemantauan dan koordinasi dengan semua kementerian, lembaga, dan Pemda.
Kemendikbud mengembangkan aplikasi pembelajaran jarak jauh berbasis portal dan android Rumah Belajar. Portal Rumah Belajar dapat diakses di belajar.kemdikbud.go.id. Beberapa fitur unggulan yang dapat diakses oleh peserta didik dan guru di antaranya Sumber Belajar, Kelas Digital, Laboratorium Maya, dan Bank Soal. Rumah Belajar dapat dimanfaatkan oleh siswa dan guru Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), Sekolah Menengah Atas/Kejuruan (SMA/SMK) sederajat. Pembelajaran jarak jauh ini juga dijembatani oleh banyak aplikasi yang disediakan oleh pihak swasta.
Teknologi sebagai Media Pelaksanaan Kegiatan Belajar dan Mengajar di musim Pandemi COVID-19
Merebaknya pandemi COVID-19 beriringan dengan dampaknya pada dunia pendidikan Indonesia mendapat perhatian dri berbagai pihak yang memiliki wewenang dan kemampuan untuk melakukan sesuatu sebagai kontribusi mereka dalam memberikan jalan keluar dari masalah pendidikan yang terjadi saat ini.
Berbagai perusahaan yang bergerak di bidang teknologi pendidikan memberikan dukungannya dalam membantu siswa yang terdampak COVID-19 untuk terus belajar mandiri atau di bawah bimbingan guru mereka secara online. Beberapa pihak yang fokus mengembangkan sistem pendidikan secara daring antara lain Google Indonesia, Kelas Pintar, Microsoft, Quipper, Ruangguru, Sekolahmu, dan Zenius. Setiap platform akan memberikan fasilitas yang dapat diakses secara umum dan gratis.
Google berkomitmen untuk membantu meningkatkan pembelajaran untuk semua orang. Sehubungan dengan situasi Covid-19, Google membantu para siswa dan guru di Indonesia untuk dapat melanjutkan pembelajaran di luar sekolah melalui G Suite for Education – alat pembelajaran kolaboratif antara guru dan siswa yang tersedia gratis dari Google. Sekolah dapat menggunakan Hangouts Meet, alat konferensi video yang tersedia untuk seluruh pengguna G Suite, dan Google Classroom, untuk mengikuti kelas dan melanjutkan pembelajaran jarak jauh dari rumah. Hingga 1 Juli 2020, Google menyediakan fitur Hangouts Meet yang paling lengkap secara gratis yang meliputi kemampuan live streaming hingga 100,000 penonton dalam suatu domain dan pertemuan besar hingga 250 peserta per kelas hingga 1 Juli 2020 yang bisa direkam dan disimpan di Google Drive untuk akses di kemudian hari.
Sumber gambar: Deutsche Welle (DW) – detikNews
SMAS Cendana Mandau Menembus Batas Ruang dan Waktu di musim Pandemi COVID-19 dengan Aplikasi Schoology dan Discord
Penghentian sementara kegiatan belajar mengajar di sekolah, tak lantas membuat proses belajar siswa terhenti. Siswa bisa tetap belajar secara daring, guru bisa tetap memberikan pendampingan dalam proses belajar siswa, dan orang tua bisa memonitor perkembangan belajar anaknya.
Seiring dengan kebijakan yang diambil oleh pemerintah terkait usaha untuk menghentikan penyebaran COVID-19, yaitu menutup sekolah-sekolah dan menunda pembelajaran tatap muka di kelas seperti biasanya, maka berbagai pembelajaran online tumbuh dengan pesat.
Berdasarkan penjelasan dari SIARAN PERS Nomor: 054/SIPRES/A6/III/2020 yang diterbitkan oleh Kemendikbud, ada beberapa solusi pendidikan berbasis teknologi yang dapat digunakan oleh guru, siswa, dan orang tua untuk mengikuti pembelajaran online, diantaranya adalah sebagai berikut:
- Akses Rumah Belajar: https://belajar.kemdikbud.go.id
- Akses Google G Suite for Education:
https://blog.google/outreach-initiatives/education/offline-access-covid19/
- Akses Kelas Pintar: https://kelaspintar.id
- Akses Microsoft Office 365: https://microsoft.com/id-id/education/products/office
- Akses Quipper School: https://quipper.com/id/school/teachers/
- Akses Sekolah Online Ruangguru Gratis: https://ruangguru.onelink.me/blPk/efe72b2e
- Akses gratis belajar online Sekolahmu: https://www.sekolah.mu/tanpabatas
- Akses Zenius: https://zenius.net/belajar-mandiri
Jauh sebelum adanya pandemi COVID-19 ini, Yayasan Pendidikan Cendana Riau telah memilih aplikasi Schoology sebagai media pembelajaran online sebagai antisipasi pada saat anak-anak sekolah dirumahkan dikarenakan musim kabut asap hasil dari pembakaran hutan yang sudah memasuki tahun ke-22 menjadi musim ke-3 di Riau.
Schoology adalah salah satu pembelajaran online yang menggabungkan fitur jejaring sosial dan Learning Management System. Schoology membuat penggunanya dapat berinteraksi sekaligus belajar. Ada beberapa fitur yang disediakan oleh Schoology ini, yaitu:
- Course, sebuah fasilitas untuk membuat kelas mata pelajaran di sekolah.
- Groups, sebuah fasilitas untuk membuat kelompok, misalnya kelompok kelas yang akan memudahkan wali kelas untuk berkomunikasi dengan siswa-siswa kelasnya sehingga mudah bagi wali kelas untuk memberikan pengumuman apapun terkait urusan pembelajaran online.
- Resources, sebuah fasilitas yang menjadi sumber belajar bagi siswa.
Gambar: Tampilan fitur aplikasi Schoology
Tanpa mengurangi penghargaan terhadap usaha Kemendikbud tersebut, Yayasan Pendidikan Cendana Riau memilih melakukan pembelajaran online dengan aplikasi Schoology karena pertimbangan bahwa jauh hari sebelum wabah COVID-19 melanda hampir seluruh negeri di berbagai belahan bumi ini, Yayasan Pendidikan Cendana telah melakukannya. Ketika saat ini pemerintah menghimbau setiap sekolah melakukan hal tersebut, setiap unit sekolah yang berada di bawah naungan Yayasan Pendidikan Cendana Riau tidak kebingungan memilih aplikasi apa yang akan digunakan untuk menyediakan pembelajaran online ini.
Gambar: Suasana siswa-siswa SMAS Cendana Mandau saat mengikuti pembelajaran online dengan Schoology
Kesiapan sekolah-sekolah Yayasan Pendidikan Cendana Riau ini membuat pihak luar mengatakan bahwa yayasan ini telah mempedomani motto pabrik semen nasional, Semen Padang, yaitu “Kami Telah Berbuat Sebelum Yang Lain Memikirkan”. Tentu saja hal ini adalah sebuah ketidaksengajaan karena yang memberikan penilaian adalah orang luar. Penilaian pihak luar ini membuat yayasan segera memikirkan dan melakukan persiapan ke depannya apabila situasi dan kondisi dunia pendidikan masih belum beranjak dari keadaan saat ini. Mari ditunggu saja apa gebrakan berikutnya yang akan disodorkan oleh salah satu yayasan pendidikan terbaik di Provinsi Riau ini.
Selamat beraktivitas.
Salam sehat jiwa.